02 June, 2006

Renungan buat perempuan

Untuk wanita yang belum menikah dan sudah menikah.....sekedar tambahan wawasan

Ada sebuah wasiat yang paling baik diantara wasiat-wasiat yang
diriwayatkan dari wanita Arab, yaitu wasiat Umamah binti Al-Harits untuk
putrinya Ummu Iyyas binti 'Auf pada malam pesta perkawinannya. Dalam
wasiatnya dia berkata, "Wahai putriku, sesungguhnya engkau akan meninggalkan
suasana dimana engkau dilahirkan, dan keluar dari sarang dimana engkau
tumbuh. Seandainya ada seorang wanita yang tidak membutuhkan suami karena
kekayaan kedua orangtuanya dan kebutuhan kedua orangtua terhadapnya,
maka engkau adalah orang yang paling tidak membutuhkan suami. Namun,
wanita telah diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki juga telah diciptakan
untuk wanita."

"Wasiat pertama dan kedua, tunduklah kepada suami dengan penuh
kerelaan, dengarkanlah dia dengan seksama, dan taatilah dia."

"Wasiat ketiga dan keempat, cermatilah arah pandangan mata dan ciuman
hidung suami, jangan sampai matanya memandang darimu sesuatu yang jelek,
dan jangan sampai dia mencium darimu melainkan wangi yang paling
sedap."

"Wasiay kelima dan keenam, cermatilah waktu tidur dan makannya, karena
rasa lapar dapat membakar amarah, sementara kekurangan dan terganggunya
tidur akan mendatangkan murka."

"Wasiat ketujuh dan kedelapan, jagalah harta suami, peliharalah
kehormatan dan wibawa keluarganya. Kunci keberhasilan dalam mengelola harta
benda adalah kecakapan menghitung dan kunci kesuksesan dalam keluarga
adalah kecakapan mengelola."

Wasiat kesembilan dan kesepuluh, jangan sekali-kali melanggar
perintahnya dan jangan menyebarkan rahasianya, karena bila engkau melanggar
perintahnya, maka engkau telah menyempitkan dadanya, dan bila engkau
menyebarkan rahasianya, maka engkau telah mengkhianati amanatnya. Dan jangan
sekali-kali engkau bersukacita di hadapannya bila dia sedang bersedih,
dan jangan pula engkau menampakkan kesedihan dan wajah masam ketika dia
sedang bergembira."




Diambil dari :
As'adu -Imroatin fil 'Alam,
DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni, M.A

Kebahagiaan

PERNAH sekali Mpu Peniti membisiki, semua sumber ketidak-bahagiaan adalah pengetahuan. Artinya semakin besar dan dalam pengetahuan, semakin kita tidak berbahagia. Saya tentu saja tidak setuju dengan nasihat seperti itu. Karena seolah-olah mengajak untuk cuek, masa bodoh, dan tidak mau belajar. Bagi saya ini nasihat yang ngawur. Sampai dua minggu yang lalu, saya disadarkan petuah itu oleh sebuah peristiwa.

Teman saya di Hong Kong, baru saja kehilangan ayahnya. Ketika diberitahu kabar itu, saya langsung mengirim email, dan memberikan ucapan belasungkawa. Teman saya membalas. Isinya cukup mengejutkan. Ia bercerita bahwa ayahnya sudah sangat tua. Sudah 90 tahun lebih. Sering sakit. Jadi kepergiannya justru melegakan. Karena dalam 20 tahun terakhir ini, ayahnya banyak menghabiskan biaya pengobatan, dan sangat menyusahkan anak-anak.

Jawaban itu tentu saja membuat saya merenung. Hati saya kacau sekali dibuatnya. Terlebih ketika seorang kawan yang lain juga mengalami hal yang sama. Ia juga baru saja kehilangan ayah. Prosesnya beda. Ketika pagi hari ia ingin membangunkan ayahnya, ia kaget setengah mati. Ayahnya meninggal dalam tidur. Wajahnya tersenyum. Menurut dokter, ayahnya meninggal karena serangan jantung. Ayahnya memang tidak pernah mau periksa ke dokter.

Lain dengan teman saya yang di Hong Kong. Ayahnya sangat teliti. Ketika memasuki usia 70 tahun, sebuah pemeriksaan yang teliti menunjukkan sejumlah komplikasi dan kelainan. Ia lalu menjalani hidup serba hati-hati. Ia memang berhasil hidup hingga 90 tahun lebih, tapi dengan membuat anak-anaknya cukup repot.

Kedua cerita di atas mungkin sangat ekstrem. Dan bukan contoh yang bijaksana. Tapi kenyataan hidup yang sebenarnya memang begitu.

Mentor bisnis saya, almarhum Bapak MS Kurnia, juga pernah menasihati hal yang mirip. Ia mengatakan, bahwa dalam mengelola perusahaan kadang ada saatnya harus belajar untuk tidak tahu, tidak peduli, cuek, dan masa bodoh. Karena semakin ingin tahu, kadang semakin banyak masalah yang justru kita temukan. Kita akan menjadi semakin kuatir. Hidup akan semakin stres. Akhirnya kita hanya akan dihadang dengan sejumlah kekurangan, kelemahan, dan kesalahan yang menumpuk. Kita menjadi tidak bahagia.

Sama pula dengan kekayaan. Semakin banyak harta, semakin besar rasa kuatir. Takut dirampok. Takut ditipu. Kita jadi repot pasang alarm. Bikin tembok yang semakin tinggi. Menambah jumlah kunci dan gembok. Kalau perlu punya sejumlah pengawal dan satpam. Atau memborong berbagai asuransi. Lain halnya kalau Anda tidak banyak memiliki harta. Maka semua kebutuhan tadi menjadi lenyap. Terdengar ironis, tapi nyatanya begitu.

Oleh Mpu Peniti, saya dinasihati untuk belajar cuek, dan masa bodoh. Konon demi kebahagian diri saya. Kemarin, di sebuah taksi, saya berjumpa seorang supir taksi yang berusia lanjut. Rambutnya hampir putih semua. Ia mengeluh ekonomi yang semakin susah. Jumlah taksi yang semakin banyak dan setoran yang sedikit. Anaknya yang kuliah di Universitas Indonesia sudah tidak bisa kuliah, karena menunggak uang kuliah sekian lama. Ia mengaku sudah menghadap rektor, tapi juga tidak mendapat keringanan.

Ketika ia menasihati anaknya untuk kerja saja, anaknya malah menangis pilu. Ia jadi susah hati. Saya ikut trenyuh mendengar ceritanya itu. Namun yang membuat saya lega adalah semangat hidupnya yang sangat luar biasa. Ia bertutur, katanya kalau ia membandingkan nasibnya dengan teman yang lain, mungkin ia sudah bunuh diri. Tidak sanggup katanya. Kalau ia putus asa melihat anaknya tidak bisa kuliah, mungkin ia sudah menipu dan merampok.

Survival-nya selama ini, adalah berkat sikapnya untuk belajar cuek dan masa bodoh. Apa pun situasinya, ia tetap fokus dan konsentrasi menarik taksi. Ia belajar tidak peduli dengan nasibnya. Lalu di mana letak kebahagiaannya. Menurutnya, hanya ada dua. Ia bahagia bila setiap hari bisa pulang dengan selamat dan bisa meluangkan waktu dengan keluarganya. Syukur-syukur apabila ia pulang membawa uang hasil menarik taksi yang lumayan. Ia juga bahagia setiap kali bangun tidur, diberikan kesehatan oleh Allah, yang mampu membuatnya sujud dan menjalankan salat dengan khusyuk. Lalu berangkat kerja untuk menarik taksi.

Mendengar cerita sang bapak supir taksi, saya menjadi sangat bersyukur, karena limpahan rahmat dan kesejahteraan yang telah diberikan oleh Allah selama ini. Saya berjanji untuk tidak lagi membanding-bandingkan nasib saya dengan orang lain. Karena sesungguhnya kebahagiaan yang telah dilimpahkan kepada saya, jumlahnya sangat banyak dan tak terkira.


peka@indo.net.id

[Intrik, Gatra Nomor 28 Beredar Senin, 22 Mei 2006]

Some Tips While Saying "I Love You"

Cerita cinta dan mengucap kata cinta gak ada basinya, seperti sesuatu yang menggunakan pengawet atau di mumi, juga sangat renyah seperti sesuatu yang digoreng kering terus disimpan di tempat yang kedap udara, dan cerita cinta terasa segar seperti minum jus jeruk sambil nyemplung di kolam renang...hmm...

Here is some tips for you (which I didn,t do), to helps you not to get an asthma while saying “I love You..”

1. Take a deep breath…

Make sure the Oxygen is enough (to fill your lung!)

2. Hold your Asthma Spray/ Inhaler..

You know… Just in case… You don’t wanna die while saying it right..?

3. Get a Tissue..!

To wipe the sweat out of you…

4. Make it quick..!

The more you hold it, the more you’ll get nervous.

5. After saying it, then Smile…!

Whatever the result is, it really helps you to retrieve your calmness back… (it works for me..)

tapi aku bukan baru saja jatuh cinta, karena aku selalu jatuh cinta - dulu, sekarang, dan masa yang akan datang - pada seseorang yang padanya aku ucapkan sumpah setia.

28 May, 2006

Pentingkah Mengungkap Masa Lalu?



Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu buruk atau pun indah.

Apakah perlu masa lalu yang buruk itu di ceritakan kepada kekasih kita? Apakah jika diceritakan akan memperdalam cinta Anda dan Pasangan? Ataukah justru merusak dan memporak-porandakan hubungan Anda.

Jika Anda tidak menyampaikan masa lalu Anda, maka Anda akan menjadi seorang pembohong di hadapan orang yang Anda cintai dan Anda tidak akan bisa mencintai dengan sepenuh hati. Terutama untuk setiap pasangan yang berkomitmen untuk bersama selamanya, maka setiap orang berhak untuk mengetahui bagaimanakah pasangan yang dicintainya.

Namun sebelum Anda ingin menceritakan masa lalu Anda, pastikan terlebih dahulu bahwa pasangan Anda siap menerima segala kesalahan yang telah Anda perbuat di masa lalu dan melupakannya!

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyikapi masa lalu:

1.Bagaimana keberadaan Anda saat ini, juga karena melalui masa lalu.

2.Kehidupan yang sekarang lebih baik dari pada yang masa lalu.

3.Ceritakanlah masa lalu yang akan meningkatkan kualitas cinta Anda berdua.

4.Ceritakanlah masa lalu yang berpengaruh positif pada kehidupan Anda saat ini.

Jalani hubungan Anda dgn pasangan Anda dengan saling menanamkan kepercayaan dalam hubungan cinta Anda. Tanamkan dalam diri Anda begitu pentingnya hubungan ini naka jujurlah dan jangan meninggalkan rasa penasaran.